Tanah Tabu – Daughters of Papua by Anindita S. Thayf

Blurb ___________

Mabel percaya takdir akan berakhir buruk jika tidak menjaga langkah, apalagi bagi perempuan seperti dirinya. Tapi Mace, sang menantu, belum bisa melupakan trauma masa lalu. Sementara Leksi, cucu kesayangan Mabel, masih suka semaunya sendiri. Beruntung ada Pum dan Kwee yang bisa diandalkan. Bersama keduanya, si kecil Leksi belajar menjalani hidup yang keras di Tanah Tabu.

Dan, pada kita semua, Mabel berpesan, “Kita harus tetap kuat. Jangan menyerah. Terus berjuang demi anak-cucu kita. Mereka harus mendapatkan kehidupan yang lebih baik.”

Novel ini enak dibaca dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi…
Menggabungkan dunia rasional dan fantasi.
Koran Tempo

Tanah Tabu menyapa pembaca dengan narasi-narasi kritis tentang perempuan, kapitalisme, patriarki, dan kekuasaan.
Suara Merdeka

Novel Tanah Tabu adalah tanda seru dan tanda tanya untuk semua pihak agar memerkarakan Papua yang mesti bebas dari derita dan tragedi.
Media Indonesia

Novel ini didedahkan dengan bahasa yang sangat menggelitik, atraktif, sekaligus inspiratif.
Koran Jakarta

Tanah Tabu merefleksikan sekaligus merayakan gugatan terhadap berbagai problematika yang merundung Papua.
Lampung Post

Kehadiran Tanah Tabu seperti kelereng zamrud di atas nampan keramik putih.
Kemilau. Cemerlang.
Madina

Judul : Tanah Tabu
Author : Anindita S. Thayf
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 192 hlm
Cetakan : kedua, November 2015
ISBN : 978-602-03-2294-0

Review ___________

“Kalau anjing setia kepada tuannya dan kucing kepada rumahnya, perusahaan di ujung jalan itu hanya setia kepada emas kita. Tidak peduli apakah tanah, air, dan orang-orang kita jadi rusak karenanya, yang penting semua emas punya mereka. Mereka jadi kaya, kita ditinggal miskin. Miskin di tanah sendiri!” Hlm. 108

Tanah tabu sebuah novel yang mengangkat kehidupan di papua. Dikisahkan oleh sebuah keluarga kecil yang di dalamnya berisi tiga perempuan dengan rentan usia yang cukup jauh, Mabel sang nenek yang cukup terkenal. Mabel adalah perempuan yang kuat dan berani memberontak terhadap ketidakadilan, senang belajar banyak hal. Waktu muda Mabel pernah diangkat anak oleh orang Belanda, dari sanalah Mabel belajar banyak hal tentang pendidikan, kehidupan dan pentingnya menjadi orang yang berilmu.  Mace seorang Ibu yang mengharapkan masa depan baik bagi anaknya. Leksi, sang anak yang lebih senang bermain dengan dua hewan peliharaannya Pum, seekor anjing tua dan Kwee, seekor babi dibandingkan pergi sekolah yang jaraknya berkilometer.

Tanah Tabu, diceritakan dari sudut pandang Leksi, Pum dan Kwee. Dibawakan dengan alur maju mundur. Pum dan Kwee, banyak bercerita tentang masa lalu Mabel dan Mace. Kedua wanita yang ternyata memiliki masa lalu kelam karena seorang lelaki. Sedangkan Leksi, banyak bercerita tentang pemikirannya terhadap penting tidaknya bersekolah. memiliki teman dekat Yosi Yang tak bisa bersekolah karena harus mengurusi adik-adiknya dan memiliki ayah yang hobi mabuk yang tak jarang berujung dengan menyiksa ibunya.

“takdir adalah peta buta kehidupan yang kautentukan sendiri arah dan beloknya berdasarkan tujuan hidupmu. Takdir akan berakhir buruk jika kau tidak berhati-hati menjaga langkah.” Hlm. 136

Secara konflik, novel ini lebih menekankan pada pentingnya menghargai seorang perempuan, kritik terhadap pemerintahan. Terutama saat menjelang pemilu, para kandidat yang hanya mampu bermanis ria dengan janji-janjinya. Perang antar suku yang selalu menyisakan korban. Kritik terhadap para pengusaha asing yang mengeruk kekayaan alam Papua, sedangkan warga asli tetap hidup menderita. Pun, kritik terhadap para lelaki terutama kepala keluarga yang doyan mabuk-mabukan yang pada akhirnya akan berujung dengen KDRT. Itulah sebabnya Mabel selalu memberi petuah pada Leksi agar tumbuh menjadi manusia yang berpendidkan. Agar dirinya tak salah langkah di masa depan kelak.
Untuk endingnya, penuh dengan haru biru.

Pesan utama yang aku ambil dari Tanah Tabu, bahwa saat kita menjadi lemah akan mudah tertindas. Dan, jadilah manusia yang cerdas yang tidak akan mudah ditipu.

Berikut ini pesan dari Mabel yang dapat menjadi bahan renungan bagi kita.

“ Kalau ada orang yang datang kepadamu dan bilang dia akan membuatmu jadi lebih kaya, banting saja pintu di depan hidungnya. Tapi kalau orang itu bilang dia akan membuatmu lebih pintar dan maju, suruh dia masuk. Kita boleh menolak uang karena bisa saja ada setan yang bersembunyi di situ. Namun, hanya orang bodoh yang menolak diberi ilmu Cuma-Cuma. Ilmu itu jauh lebih berharga daripada uang, Nak. Ingat itu.” Hlm. 26

“Kau harus terbiasa melihat sesuatu tanpa menggunakan mata, Nak, melainkan panca indramu yang lain, seperti hidung. Jangan lupa pula gunakan selalu hati dan pikiranmu…” hlm. 30

Overall, novel ini syarat akan makna kehidupan. Rekomen buat teman-teman.

4* of 5* untuk Tanah Tabu



No comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Jejak di Bawah, ya!