Kokoro/ Rahasia Hati by Natsume Soseki



Blurb ____________
 
Rahasia hati melukiskan kesepian manusia dalam dunia modern. Tokoh sensei yang merasa asing dalam masyarakat, bahkan terhadap istrinya, justru sadar bahwa sikapnya itu merupakan suatu dosa. Dan dosa itu harus mendapat hukuman – bukan dari manusia lain, tapi dari dirinya sendiri.

Judul : Rahasia Hati/Kokoro
Author : Natsume Soseki
Penerbit : KPG
Alih Bahasa : Martojo Andangdjaja
Halaman : vi + 265 hlm
Tahun : 2016
ISBN : 978-602-424-032-5


Review ____________

“Masa muda adalah masa yang paling sunyi dari semuanya.” Hlm. 16

Aku sangat mengagumi sensei, saat bertemu di pantai dulu. Saat itu sensei tengah berbincang dengan turis asing. Dan perkenalan kami berjalan dengan lancar. Aku bilang bahwa akan mengunjungi sensei. Ternyata tak semudah yang aku bayangkan dua kali aku ke sana sensei tak ada di rumahnya.

Sensei bukanlah orang yang pandai bergaul. Bahkan dia tak suka bersosialisasi. Awalnya, kupikir karena memang seperti itulah sifatnya. Tapi, setelah sekian lama aku mengorek kehidupan sensei di masa lalu. Terjawablah alasan sensei tak menyukai dunia luar karena ada sebabnya.

“... Marilah kita lupakan hal itu seluruhnya. Tetapi ingat, ada kesalahan dalam mencintai. Dan ingat pula bahwa dalam mencintai ada sesuatu yang suci.” Hlm. 30

Kepercayaan. Kepercayaan sensei terhdap orang lain hilang karema pamannya yang bermaksud menguasai harta orang tuanya. Sensei tak menyangka paman yang dipercayanya rela menjual barang-barang berharga milik ayahnya.

Selain  itu, kejadian mengerikan harus dialami sensei. Membuat sensei harus melakukan perhitungan untuk dirinya sendiri. Sebuah rahasia yang hanya sensei ketahui sebelum memberitakannya kepadaku. Bahkan pada istrinya pun tak pernah dikisahkan. Sebaliknya, jangan sampai istrinya tahu. Itulah pesan sensei untuk terakhir kalinya. Di mana saat ayahku pun sudah waktunya berpulang pada sang pencipta. 

“Ingatan bahwa kau pernah duduk di kakiku akan menghantuimu, dan dalam pedih dan malu kau pun ingin merendahkan aku. Aku tak ingin kau mengagumi aku kini, karena aku pun ingin kau menghinaku pada kemudian hari....” Hlm. 32

Kalau kita perhatikan cover novel ini apa yang diceritakan dalam novel ini adalah seseoranh yang terpenjara dalam bayang-bayangnya. Walau kisah ini diceritakan oleh kisah si aku, isi ceritanya fokus kepada sosok sensei yang terpenjara dengan dosa di masa lalunya. 

Di mana kematian menjadi pilihan topik sang penulis. Dari ayah si aku yang penyakitnya tak bisa disembuhkan lagi. Lalu kematiam seorang Jenderal, juga hal yang dipilih sensei untuk menebus dosa itu.

Pesan yang diangkat dalam novel ini adalah jangan menjadi pengecut. Setiap masalah harus dihadapi dengan lapang dada. Jangan sampai menjadi pihak yang merugikam orang lain. 

Cerita ini dibawakan dengan alur maju-mundur. Tokoh si aku dan Sensei sangat kuat. Di awal aku sebenarnya tak suka dengan sifat sensei yang tertutup banget terhadap dunia. Tak terbayangkan bahwa masa lalunya lah penyebabnya. Dan yang aku suka dari novel Natsume Soseki adalah pemilihan topik untuk memperkuat cerita. 

Orang akan berfikir novel ini gantung. Tapi kalau dibaca lebih teliti. Memang seperti itulah kisahnya. Novel ini mengungkapkan sosok sensei dan penyelesaian masalahnya. 

Untuk terjemahannya sendiri, aku harus muter otak. Di awal terasa banget kalau novel ini di terjemahkan per kata. Pola kalimatnya gak rapih. Di tambah ada kosakata bahasa sunda. Awalnya, aku berfikir kalau novel ini tak di cek terlebih dahulu oleh editor. Tapi, dipertengahan penerjemahannya jadi rapih. Sayang, banget sebenernya ini novel bagus. Seharusnya penerjemahan dari awal harus rapih. 

Tapi tetep rekomem banget buat kamu-kamu.

4.5* untuk Rahasia Hati

 ____________ Reading Challenge ____________
Diikutsertakan dalam Japanese Literature Reading Challenge 

3 comments:

  1. Hai Ryn, Buku Soseki natsume yg sudah diterjemahkan apa aja ya, kecanduan stlah baca BOTCHAN

    ReplyDelete
  2. Aku baru nemu dua Ka, Sarif yang Botchan dan Rahasia Hati.
    Ini juga lagi cari yg lainnya.

    ReplyDelete
  3. Menurut saya, alasan bahasanya sulit dimengerti adalah karena novel ini diterjemahkan oleh Hartojo Andangdaja pada tahun 1978. Jadi bahasanya masih bahasa lama.

    ReplyDelete

Silahkan Tinggalkan Jejak di Bawah, ya!