Dark Memories - Kenangan yang Membunuh by Stephie Anindita

Blurb_____

Siang itu, aku dihubungi seseorang.

"Ella, di mana?'' Nadanya sangat mendesak. "Elo bisa balik ke sekolah sekarang?''
"Ada apa, sih?'' Tanyaku. Firasat tidak enak menjalar ke seluruh tubuhku. 
"Ada murid kelas D yang bunuh diri. Loncat dari lantai tiga.''
Aku terbelalak. "Hah?! Kok bisa?!''
"Infonya masih simpang siur. Mendingan elo ke sekolah sekarang, deh.''
"Memang apa hubungannya sam gue?''
"Yang bunuh diri itu Anet, La....''
"....''
"Dan, dia menyebut nama elo di surat peninggalannya. Sekarang penyidik dari kepolisian mau ketemu elo.'' 
"....''
Sekejap saja, pikiranku kembali memanggil kenangan-kenangan itu.
Saat semua kekacauan ini bermula.


Judul : Dark Memories
Author : Stephie Anindita
Halaman : vii + 280 hlm
Penerbit : Noura Books
Tahun : 2014
ISBN : 978-602-1306-54-3

Review

“Tidak ada kesalahan yang tidak dihukum….” Hlm. 44
Sesuai judulnya cerita dalam novel akan membawa pembaca pada kenang-kenangan pahit yang dialami si tokoh utama. Dibawakan dari sudut pandang orang pertama yaitu Ella sang tokoh utama yang akan menceritakan bagaimana kehidupannya di masa lalu setelah mendengar kabar bahwa teman satu sekolahnya loncat dari lantai tiga melancar aksi nekat bunuh diri, di sisa kesadarannya nama Ella disebut.

Anet, cewek yang masih bisa diselamatkan itu memiliki peran penting terhadap kehidupannya di masa SMP yang justru monster dalam diri Ella bangkit. Ella dari kecil sering dikatai otaku dang oleh kakaknya yang pintar dalam segala hal, disukai sodara-sodaranya. Ella yang bodoh, penakut sering dibully oleh kakaknya sendiri. Di sekolah pun teman-temannya sering meledek, menjauhi yang lebih parah saat SMP, dengan polos dan tanpa kesadaran Ella dipermalukan. Hanya Oma-nya yang membuat Ella bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa hawatir tindakannya akan mendapat cacian seperti saat bersama kakaknya.

Lalu, hadirlah Anet,Loretta dan Arista yang mengubah masa SMP nya menjadi menyenangkan. Dalam artian Ella tidak takut lagi mengungkapkan perasaannya saat suka dan tidak. Selain sahabat SD nya yang kini berada di London, Darcy. Kini Ella memiliki sahabat yang mau bermain dengannya. Ella yang tadinya anak baik mulai tertulari badung. Sayangnya persahabatan mereka tak berjalan sampai sekarang. Anet dan Loretta malah memusuhi dan ngebully Ella. Dia sakit hati dengan perlakuan mereka yang pernah mengaku sahabatnya itu. Hingga Ella geram, monster dalam dirinya terbangun. Ella sempat melakukan aksi bunuh diri saat itu. Dan yang tersisa adalah balasan dendam.
“…. Mereka yang membuat aku seperti ini! Mengisi hatiku dengan kebencian mendalam dan amarah… sekarang saatnya mereka berhadapan dengan monster ciptaan mereka!....” Hlm. 44
Saat masuk SMA Anet mencoba memperbaiki kesalahannya dan meminta maaf, tapi Ella menolaknya mentah-mentah. Hingga kini Anet yang dipindahkan ke bangsal sakit jiwa dalam hatinya timbul kepuasaan atas penderitaan yang dialami Anet. Loretta pun mencoba membujuk Ella agar memaafkan Anet dan itu tak mempan Monster dalam diri Ella meraung geram. Tak semudah itu menyembuhkan hati yang terluka. Balas dendam menjadi cara yang dipilih Ella untuk membuat Anet dan Loretta semakin menderita seperti dirinya.
“Jika kamu masih bisa bangun, mendapati kamu masih bernafas, itu artinya Tuhan menganggapmu berhak untuk mendapatkan satu hari lagi.” Hlm. 243
Sampai akhir kita akan semakin tahu bagaimana monster dalam diri Ella bangkit. Satu persatu kenangan masa kecilnya hingga kisah bersama Anet, Loretta dan Arista digambarkan dengan beruntun. Pun, akan memahami awal penderitaan dan kesedihannya yang justru ditimbulkan oleh keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya saling melindungi dan mendukung. Mamahnya pun tak bisa melindungi Ella setiap waktu karena sibuk bekerja demi menghidupi kedua anaknya. Sedangkan Ayahnya menghilang.

Aku juga suka dengan penulis yang menghadirkan sosok anak kecil bernama Icha. Keadaan fisiknya yang tidak sempurna, tawa ceria dan semangatnya meredakan monster dalam diri Ella sehingga tidak melakukan hal bodoh yang akan menyakiti dirinya. Kehadiran Icha membuat hatinya ringan tanpa beban kepedihan.

Membaca novel ini harus dengan konsentrasi penuh karena ada beberapa bagian yang mendadak berpindah ke masa lalu, tanpa sadar loncat lagi ke masa sekarang. Perpindahan alurnya menurutku terlalu cepat. Tapi, overall aku sangat menikmatinya. Dari novel ini kita akan paham balas dendam bukanlah pilihan yang tepat, masa lalu memang tak bisa dilupakan begitu saja, memaafkan adalah cara untuk berperang di masa mendatang.

4* untuk Dark Memories


No comments:

Post a Comment

Silahkan Tinggalkan Jejak di Bawah, ya!