______Blurb
“Pernahkah pelangi menangis karena hujan dan langit tak mau mewarnainya? Jika sempat, tolong katakan pada hujan untuk menitik satu kali pada tiga puluh tahun kesunyian di ujung pelangi yang tak berbatas. Mungkin saja asa yang tersesat menemukan jalan pulang dan darah tak harus tercurah pada telapak tangan yang beku.”
Sebuah
liontin menuntun Jeruk pada sebuah nama, Rinai. Sebuah nama yang digunakannya
untuk memulai kiprahnya sebagai penulis misteri. Namun, misteri ternyata tidak
hanya terjadi di novel fiksi buatan
Rinai. Satu per satu korban mulai berjatuhan sesuai dengan kisah di dalamnya.
Kini, Jeruk harus berpacu dengan waktu, sebelum lebih banyak lagi korban
berjatuhan. Ataukah kali ini, Jeruk sendiri korabnnya?
Judul : ALIASAuthor : Ruwi Meita
Penerbit : Rak BukuHalaman : ii + 236 hlmCetakan : pertama, 2015ISBN : 978-602-732-301-8
Review ______
"Aku di dalammu. Kau di dalamku. Datanglah lebih rapat dalam gelap dan kamu akan melihatku. Aku sudah menunggu terlalu lama. Menunggumu.'' Hlm. 51
Setelah
novel Misteri Patung Garam yang menegangkan, aku menantikan novel satu ini
“Alias” banyak yang bilang novel ini bikin kita tak berani mentap cermin,
bahkan pergi ke kamar mandi. Itu, benar. Aku menyetujui pendapat itu.
Awalnya,
perasaanku biasa saja, dibuka dengan cerita yang akan menentukan kemana kisah
ini akan dibawa. Seolah diajak jalan-jalan ke tempat yang berbeda. Lalu, terfokus
pada kasus pembunuhan yang ternyata sama dengan apa yang ada pada novel Rinai.
Nama alias yang dipakai Jeruk untuk novel misterinya. Jeruk sendiri seorang
penulis romance yang karyanya sudah melejit, bahkan beberapa karyanya di
adapatsi ke dalam sebuah film. Jeruk sebenarnya ingin dari dulu menulis novel
horror, namun romance justru menjadi passionnya. Terlebih pribadi Jeruk yang
manis tidak akan ada yang percaya jika dia menulis novel horor.
Semenjak
Rinai muncul popularitasnya mulai mereda. Kontrak Filmnya dibatalkan karena
sang sutradara lebih tertarik dengan novel Rinai. Jelas, itu pukulan yang berat
bagi Jeruk. Dia bahkan harus menunggu bertahun-tahun untuk karyanya dinikmati
banyak orang. Sedangkan Rinai yang baru muncul dengan dua novelnya dengan mudah
menyita perhatian publik. Walau Jeruk sendiri yang menulisnya, tetap saja
orang-orang tahunya Rinai. Penulis misterius. Selama ini yang mengurus ke
penerbit adalah sahabatnya, Darla.
Sayangnya,
pembunuhan yang terjadi itu sama dengan yang digambarkan dalam novel Rinai.
Bukan hanya satu kasus, beberapa kasus yang tertera pada novel Rinai menjadi
kenyataan. Jeruk sangat terkejut dengan pemberitaan itu, polisi pun mulai
mendesak Darla agar mempertemukannya dengan Rinai. Keadaan mulai kacau, dan
semakin kacau saat Meet and Greet
berlangsung. Jeruk begitu saja meninggalkan acara. Bukan tanpa sebuah alasan,
melainkan dia melihat sosok yang selama ini menghantuinya. Jeruk tahu siapa
dia. Keganjilan lainnya mulai menyerbu hari-hari Jeruk, ponsel Rinai yang seharusnya
ada pada Darla, tiba-tiba ada di tasnya. Status di Facebook Rinai yang Jeruk
sendiri tidak yakin dia yang menulisnya. Membuat Jeruk semakin gila dengan
keadaan. Mimpi buruk yang selalu menyapa dalam bunga tidur selalu datang setiap
malam.
Lelaki
asing yang menyapanya di toko buku, datang bersama Utinya. Eru, dia memang menolong
neneknya yang pergi begitu saja meninggalkan rumah. Utinya pun, menahan Eru
untuk tidak pergi. Jeruk semakin curiga dengan lelaki itu, namun Uti akan marah
jika Eru pergi. Jeruk pasrah untuk satu hal itu. Kehidupan Jeruk tidaklah
bagus, karena Utinya sekarang tidak dapat mengenalinya. Jeruk, terkadang harus
berkali-kali mengatakan bahwa dirinya adalah cucuknya. Namun, Uti semakin tidak
mengenali Jeruk. Jeruk menjadi orang asing bagi Uti, sedangkan Eru dianggap
sebagai cucunya sendiri. Sungguh tidak adil.
"Ini bukan sekedar balas dendam. Rinai ingin hidup kembali melalui kamu.'' Hlm. 177
Dalam
setiap keadaan bayangan hitam itu selalu mendatangi Jeruk. Jeruk semakin kesal
karena selalu kehilangan dia. Hingga kepingan-kepingan puzzle pun mulai
tersusun. Eru menceritakan, siapa dirinya. Rinai yang akhirnya muncul secara
utuh di depan Jeruk. Bagaimana bisa orang yang sudah mati puluhan tahun yang
lalu terlihat? Alasan dibalilk Rinai bangkitpun terjawab. Namun, pembunuhann
itu tak juga berhenti. Kali ini korbannya orang-orang yang Jeruk sayangai. Nenek
yang sangat dia sayangi. Darla, sahabat Jeruk dari kecil. Alan, kekasihnya yang
ternyata tak sebaik yang dia kira. Jeruk semakin kacau dan murka. Rinai memaksa
meneruskan novel itu, tapi Jeruk menolaknya. Dan, ancaman Rinai tidak
main-main. Korban selanjutnya Eru. Dengan terpaksa Jeruk meneruskan novel itu. Namun,
bukankah
jika dilanjutkanpun Eru akan terbunuh?
"Aku adalah kamu. Kamu adalah aku. Pada beberapa bagian kita sama....'' hlm.193
Dendam
memang begitu mengerikan. Seperti mulut yang bisa lebih tajam dari pisau. Dan
hati yang lebih buruk dari ego.
Aku mengalami dejavu
membaca novel Alias, karena tema ceritanya sama dengan komik light novel yang tengah aku baca. Kalau
untuk alur cerita tentu saja berbeda. Di sini seorang novelis yang karyanya
menjadi kenyataan. Sedangkan di komik adalah seorang komikus yang semua
tulisannya menjadi kenyataan. Walu sama-sama mengangkat pembunuhan. Novel Mba
Ruwi lebih membuat bulu kudukku merinding. Oh, Tuhan saat menulis ini Rinai
seakan muncul di sampingku. Padahal aku menulisnya sambil mendengarkan musik.
Aku akan selalu jatuh cinta dengan novel Mba Ruwi, bahkan
adikku yang gak suka baca tergila-gila dengan karya beliau.
4.5*
untuk novel Alias
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Jejak di Bawah, ya!